Selasa, 07 Desember 2010

Kudus Arsitektur Garden (Taman Konsep Kabupaten Kudus)

Taman Kudus dahulunya hanya di bangun di areal halaman Kemantren di Kudus, halaman Wedana di Kudus, Masjid seperti di Masjid Al-Aqsa (Masjid Menara Kudus), juga di Masjid Wali Loram Kulon, dan Masjid Bubrah Desa Demangan.
Desain Taman Konsep Bertema Taman Tradisional Khas Kudus
Desain Taman Konsep Bertema Taman Tradisional Khas Kudus
Simbol-simbol arsitektur khas Kudus
Kudusan Garden (Kudusan Park Style) Konsep Taman Adat Khas Kota Kudus adalah taman Tematik bertema Kota Kudus atau disebut Taman Gaya Style Kabupaten Kudus, Prinsip dasar taman Kudus adalah miniaturisasi dari lanskap atau pemandangan alam Kabupaten Kudus.  Taman khas Kudus  merupakan sebuah konsep taman baik itu taman rumah, taman kantor, taman kota, dll, yang bercorak Kabupaten Kudus, ditandai dengan adanya ornamen-ornamen khas Kudus, diantaranya:


Gerbang Candi Bentar Khas Kudus sebagai ornamen hias pada taman bertema yang berkonsep Taman Kudus
Candi bentar adalah sebutan bagi bangunan gapura berbentuk dua bangunan serupa dan sebangun tetapi merupakan simetri cermin yang membatasi sisi kiri dan kanan pintu masuk. Candi bentar tidak memiliki atap penghubung di bagian atas, sehingga kedua sisinya terpisah sempurna, dan hanya terhubung di bagian bawah oleh anak tangga.
Bangunan ini lazim disebut "gerbang terbelah", karena bentuknya seolah-olah menyerupai sebuah bangunan candi yang dibelah dua secara sempurna. Bangunan gapura tipe ini terutama banyak dijumpai di Pulau Jawa, Bali, dan Lombok. Bangunan gerbang terbelah seperti ini diduga muncul pertama kali pada zaman Majapahit. Di kawasan bekas Kesultanan Mataram, di Jawa Tengah dan Yogyakarta, gerbang semacam ini juga disebut dengan "supit urang" ("capit udang"), seperti yang terdapat pada kompleks Keraton Solo, Keraton Yogyakarta, Keraton Kasepuhan dan Pemakaman raja-raja Imogiri. Meskipun makna supit urang biasanya mengacu kepada gerbang dengan jalan bercabang dua, biasanya jalan dan gerbang yang mengapit kiri dan kanan bangunan pagelaran keraton.


Gerbang Paduraksa Khas Kudus sebagai ornamen hias pada taman bertema yang berkonsep Taman Kudus
Paduraksa adalah bangunan berbentuk gapura yang memiliki atap penutup, yang lazim ditemukan dalam arsitektur kuno dan klasik di Jawa dan Bali. Kegunaan bangunan ini adalah sebagai pembatas sekaligus gerbang akses penghubung antarkawasan dalam kompleks bangunan khusus.


Menara Kudus sebagai ornamen hias pada taman bertema yang berkonsep Taman Kudus
Menara Kudus adalah sebuah bangunan candi yang terletak di depan masjid Al-Aqsa


Pintu dan Jendela khas Rumah Adat Kudus
Rumah Adat Kudus


Genteng Joglo Pencu Atap Genteng Khas Rumah Adat Kudus

Atap Genteng Khas Rumah Adat Kudus
Atap Genteng khas Kabupaten Kudus berbentuk menyerupai dedaunan yang berhubungan dengan ciri Kota Kudus Kota Kretek. Genteng tersebut sebagai ikon tembakau yang merupakan bahan utama membuat rokok kretek.



Papan Keterangan khas Kudus

Papan Peringatan khas Kudus

Papan Informasi khas KudTugu us

 Patung Tugu Cengkeh dan Tembakau menjadi ornamen taman bertema Kota Kudus


Patung Pentol Selaras Dan Seimbang adalah simbol kejayaan Kabupaten Kudus yang merupakan sebagai Kota Kretek. Foto Patung Tugu Pentol Selaras dan Seimbang diatas yang terletak di kawasan Desa Rendeng, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus.Tugu ini terletak di tengah taman kota. Memiliki warna hijau dan berbentuk abstrak.  Patung tersebut dibuat dan didesain Benny Ronald Tahalele. Menurut sang perancang, patung tersebut memiliki dua bagian. Bagian pertama menggambarkan tembakau dan bagian kedua menyimbolkan cengkeh, yang merupakan bahan utama membuat rokok kretek khas Kota Kudus. Karena
Patung Pentol Selaras Dan Seimbang simbol kejayaan Kota Kudus maka setiap kota yang memiliki tema berkonsep taman tradisional khas Kudus di beri ornamen miniatur Patung Pentol Selaras Dan Seimbang.



Patung Sapi sebagai ornamen konsep Taman adat khas Kudus
Sapi merupakan binatang yang sangat berhubungan dengan sejarah dan budaya  Kabupaten Kudus.
Taman yang mengusung konsep Taman Kudus atau Kudus Garden dipasang ornamen patung sapi sebagai ciri khas dari kabupaten Kudus yang warganya di larang memotong binatang sapi karena di perintah oleh Sunan Kudus.
Sapi merupakan binatang yang sangat dihormati oleh penganut agama Hindu di India. Tak ada orang di sana berani mengusir sapi yang berbaring di tengah jalan, misalnya. Sapi dianggap sebagai binatang suci. Hal ini didasarkan pada salah satu peninggalan bersejarah agama Hindu yang menceritakan keterkaitan antara sapi dan Dewa Khrisna.
Dalam peninggalan itu disebutkan Dewa Khrisna pernah menampakkan diri di bumi dalam wujud pengembala sapi, yang kemudian mereka sebut sebagai Bala-Gopala atau Govinda yang artinya seseorang yang melindungi kawanan sapi.
Bahkan dalam salah satu kitab suci lain, sapi diumpamakan sebagai ibu kehidupan karena air susunya yang banyak berguna buat manusia.
Konon pada zaman dahulu ada sekelompok pendeta Hindu yang mendatangi kediaman Sunan Kudus. Mereka melakukan "topo pepe"(memanggang diri di terik matahari) di halaman rumah Sunan Kudus sebagai tanda protes karena di beberapa tempat masyarakat Kudus menyembelih hewan yang mereka hormati dan keramatkan yaitu sapi. Sunan Kudus akhirnya mendapatkan akal untuk menjawab keinginan para pendeta tersebut.
Suatu kali beliau pernah menambatkan sapi di depan masjid Menara sehingga penduduk baik yang beragama Hindu maupun Islam berdatangan ke masjid. Disinilah beliau menerangkan bahwa suatu saat ketika masih kecil beliau pernah hampir mati kehausan. Kemudian datang seekor sapi yang menolongnya dengan memberikan air susunya. Karena itu beliau melarang pengikutnya untuk menghormati hewan yang telah menolongnya dengan cara tidak meyembelih sapi.
Tindakan Sunan Kudus yang bijaksana ini mendapatkan simpati dari para pengikut agama Hindu, bahkan banyak dari mereka akhirnya menyatakan diri menjadi pengikut Sunan Kudus dan memeluk agama Islam. Demi menghormati keyakinan agama Hindu beliau melarang masyarakat Kudus untuk menyembelih sapi. Itulah sebabnya sampai sekarang di Kudus tidak ada rumah pemotongan hewan yang menyembelih sapi. Untuk mencukupi kebutuhan akan daging sapi biasanya didatangkan dari daerah sekitar. Orang Kudus percaya kalau mereka melanggar larangan ini maka akan timbul  malapetaka di kemudian hari.
Patung Sapi (terbuat dari kain dan lampu) sebagai ornamen konsep Taman adat khas Kudus
Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti "sapi betina". Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih mengikuti peraturan yang diperintah oleh Sunan Kudus untuk menyembelih sapi.


Patung Barongan Gembong Kamijoyo di Taman Tradisional Berkonsep Khas Kudus

Patung Barongan Gembong Kamijoyo (Barongan Khas Kudus). Taman yang mengusung konsep Taman Kudus atau Kudus Garden dipasangi ornamen patung barongan khas Kudus yaitu Patung Barongan Gembong Kamijoyo sebagai ciri khas taman bertema dengan konsep Kudus,

Patung Barongan Gembong Kamijoyo di Taman Tradisional Berkonsep Khas Kudus
Tujuan lainnya membangun patung barongan di taman bertema Kudus juga untuk mengenalkan kepada masyarakat luas tentang barongan khas Kudus. Barongan Gembong Kamijoyo adalah salah satu seni budaya di Kabupaten Kudus. di setiap kota di Indonesia mempunyai bentuk barongannya masing-masing yang berbeda-beda, begitu juga Kabupaten Kudus yang memiliki Barongan khas Kudus.



Rumah Adat Kudus dan Taman
Gazebo Khas Kudus (berbentuk tajug)
Gazebo merupakan suatu bangunan yang ada di taman, biasanya tiap sisinya terbuka karena sesuai dengan tujuan utamanya, gazebo merupakan tempat yang nyaman untuk menikmati taman. Dengan sisi yang terbuka, Anda yang sedang berada di dalamnya dapat menikmati pemandangan taman dengan lebih bebas juga dapat menikmati udara yang bertiup tanpa terhalang penutup pada tiap sisi.


Atap Gazebo Khas Kudus Berbentuk Tajug
Kudus memiliki bentuk gazebo yang khas atapnya berbentuk Tajug, karena Tajug merupakan cikal bakal Kabupaten Kudus, dahulunya di Kudus banyak bangunan Tajug. dari bentuk gentengnya hingga ornamen pada gazebo tersebut. seperti di atas ini.


Dwarapala atau Retjo Pentung atau Gupolo sebagai ornamen khas Taman berkonsep Kudus
Retjo Pentung atau Gupolo atau Dwarapala adalah patung penjaga gerbang atau pintu berbentuk manusia atau raksasa yang memegang gada. Biasanya dwarapala diletakkan di luar untuk melindungi tempat suci atau tempat keramat didalamnya. Jumlah arca dwarapala dapat hanya sendirian, sepasang, atau berkelompok. Bangunan suci yang kecil biasanya memiliki hanya satu arca dwarapala. Seringkali dwarapala diletakkan berpasangan di antara gerbang masuk. Sebuah simbol toleransi umat hindu-budha di kabupaten Kudus.


Padasan atau Pancuran Khas Arsitektur Kudus di Taman konsep khas Kudus
 Pancuran atau Padasan yang masing masing sisi berjumlah 8 pancuran konon mengadaptasi keyakinan Buddha, yakni "Delapan Jalan Kebenaran" atau Asta Sanghika Marga. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.Pancuran ini di taman berfungsi untuk masyarakat mencuci tangan ataupun untuk cuci muka, sehingga mendorong masyarakat hidup bersih dan sehat.

Minggu, 05 Desember 2010

Genteng Wuwungan Khas Kudus


Atap Genteng khas Kabupaten Kudus terdapat mirip gunungan pada wayang, yang disebut atap "Genteng Wuwungan". Genteng wuwungan yang asli khas kudus, genteng berbentuk menyerupai dedaunan yang berhubungan dengan ciri Kota Kudus sebagai Kota Kretek, Yaitu genteng tersebut sebagai ikon tembakau yang merupakan bahan utama membuat rokok kretek. Kabupaten Kudus terdapat tiga jenis genteng wuwungan khas Kudus yaitu Genteng Kelir, Genteng Pangapit, Genteng Cungkrik.

Tapi karena semakin sedikit produsen genteng yang membuat genteng wuwungan khas Kudus. Maka sekarang sangat jarang sekali, bahkan hampir tidak ada Rumah Adat Kudus yang menggunakan atap genteng wuwungan asli khas Kudus. Sehingga kini banyak Rumah adat Kudus yang bannyak menggunakan genteng wuwungan khas Jepara, jika pun masih ada yang menggunakan genteng wuwungan khas kudus paling hanya pada genteng Cungkrik saja. Karena Genteng Kelir dan Genteng Pengapit khas Kudus sangat sulit ditemukan.




























Jumat, 03 Desember 2010

Arsitektur Gazebo Khas Kudus

Kudus memiliki bentuk gazebo yang khas atapnya berbentuk Tajug, karena Tajug merupakan cikal bakal Kabupaten Kudus, dahulunya di Kudus banyak bangunan Tajug. dari bentuk gentengnya hingga ornamen pada gazebo tersebut. seperti di bawah ini.



Rabu, 01 Desember 2010

Rumah Adat Kudus (Joglo Kudus Pencu)

Rumah Tradisional Kudus

Rumah adat Kudus atau Joglo Kudus disebut juga Joglo Pencu adalah Rumah tradisional asal Kudus salah satu rumah tradisional yang mencerminkan perpaduan akulturasi kebudayaan masyarakat  Kabupaten Kudus. Rumah Adat Kudus (Joglo Kudus) memiliki atap genteng yang disebut “Atap Pencu”, dengan bangunan yang didominasi seni ukir empat dimensi (4D) khas kabupaten Kudus yang merupakan perpaduan gaya dari budaya Jawa (Hindu), Persia (Islam), Cina (Tionghoa) dan Eropa (Belanda). Rumah ini diperkirakan mulai dibangun sekitar tahun 1500-an Masehi dengan 95% kayu Jati asli. Joglo Kudus mirip dengan Joglo Jepara tetapi perbedaan yang paling kelihatan adalah bagian pintunya, Joglo Kudus hanya memiliki 1 pintu sedangkan Joglo Jepara memiliki 3 pintu.
Rumah Adat Kudus Tradisional


Bentuk Pintu dan Jendela Rumah Adat Kudus
Pertunjukan di Rumah Adat Kudus

Panggung Hiburan di Rumah Adat Kudus

Rumah Adat Kudus Semi Modern

Tata Ruangan

Joglo Pencu memiliki 4 (empat) tiang penyangga dan 1 (satu) tiang besar yang dinamakan soko geder yang melambangkan bahwa Allah SWT bersifat Esa. rumah adat Kudus Joglo Pencu memiliki 3 bagian ruangan yang disebut Jogo Satru, Gedongan, dan Pawon.
  • Jogo Satru
adalah nama untuk bagian depan dari rumah tersebut. Secara makna kata Jogo Satru bisa diterjemahkan jogo artinya menjaga dan Satru artinya musuh. Namun untuk sehari-hari Ruangan ini sering digunakan sebagai tempat menerima tamu yang berkunjung.
  • Gedongan
adalah bagian ruang keluarga. Ruangan ini biasa digunakan untuk tempat tidur kepala keluarga.
  • Pawon
Untuk Pawon sendiri letaknya berada pada bagian samping. biasa digunakan untuk masak, belajar dan melihat televisi. “Untuk halaman depan rumah, terdapat sumur pada sebelah kiri yang dinamakan Pakiwan


Genteng di Puncak Atap Rumah Adat Kudus (Genteng Khas Kudus)

Filosofi

Keunikan dan keistimewaan Rumah Adat Kudus (Joglo Kudus) tidak hanya terletak pada keindahan arsitekturnya yang didominasi dengan seni ukir sederhana, tetapi juga pada kelengkapan komponen-komponen pembentuknya yang memiliki makna filosofis berbeda-beda.
  • Pertama, bentuk dan motif ukirannya mengikuti pola kala (binatang sejenis laba-laba berkaki banyak), gajah penunggu, rangkaian bunga melati (sekar rinonce), motif ular naga, buah nanas (sarang lebah), motif burung phoenix, dan lain-lain.
  • Kedua, tata ruang rumah adat yang memiliki jogo satru/ruang tamu dengan soko geder-nya/tiang tunggal sebagai simbol bahwa Allah SWT bersifat Esa/Tunggal.
  • Ketiga, gedhongan dan senthong/ruang keluarga yang ditopang empat buah soko guru/tiang penyangga. Keempat tiang tersebut adalah simbol yang memberi petunjuk bagi penghuni rumah supaya mampu menyangga kehidupannya sehari-hari dg mengendalikan 4 sifat manusia: amarah, lawwamah, shofiyah, dan mutmainnah.
  • Keempat, pawon/dapur di bagian paling belakang bangunan rumah.
  • Kelima, pakiwan (kamar mandi) sebagai simbol agar manusia selalu membersihkan diri baik fisik maupun rohani.
  • Keenam, tanaman di sekeliling pakiwan, antara lain: pohon belimbing, yang melambangkan lima rukun Islam; pandan wangi, sebagai simbol rejeki yang harum/halal dan baik bunga melati, yang melambangkan keharuman, perilaku yang baik dan budi pekerti luhur, serta kesucian, bersambung ke hal berikutnya.